Minggu, 26 Mei 2013

Daendels Operation (part 3)

  Menurut mbah Google, cara orang ke Bromo banyak melalui Probolinggo ialah dari Surabaya. MG pun mengikuti dengan menuju Terminal Probolinggo dari Terminal Bungurasih, Surabaya. Ternyata dengan naik bus, makan waktu yang gak sebentar. Berangkat siang dari Surabaya, sampai Probolinggo malam setelah di perjalanan melalui Pasuruan dan sempat melihat tanggul lumpur Lapindo. Ya kedua petualang gila, mad geodet, mahasiswa dari kota kembang, ini pun kelelahan di Terminal Probolinggo. Karena seharian keliling kota Surabaya juga sih.
MG Taufik kelelahan di Terminal Probolinggo

Karena kelelahan, gak bisa pikir panjang. Mobil yang menuju Bromo udah gak ada karena kemaleman. Akhirnya ditawarin ojek, nurut-nurut aja. Walaupun udah nawar, tetep aja mahal. Yah daripada di terminal semaleman di tempat yang gak kenal, ikut-ikut aja. Awalnya, dikira Probolinggo - Bromo tuh deket, jadi ongkos ojek dianggap mahal. Ternyataa, jauh banget nanjak pula dan yang paling EPIC, MG -naik ojek- -gak pake jaket- -malem malem- ke gunung yang tingginya 2000 meter. brrrrr....
Udah dingin, gelap, akhirnya nyewa 1 kamar di penginapan yang murah, walaupun rencananya tidur di Masjid. Ternyata, mayoritas orang di Bromo tuh orang Hindu, jadi jarang ada masjid. -_- Setidaknya nyenyak tidur di kasur malem itu dan disana ada colokan listrik. Jadi ngecas-ngecas plus upload beberapa foto Daendels Operation di Surabaya.

Jam 5 pagi tuh masih gelep di Bandung, tapi di Bromo langit udah terang. Singkatnya, MG kesiangan jadi kurang bisa menikmati Sun Rise di Bromo. Gak mandi, langsung jalan ke Bromo. Dikira nanjak. Emang nanjak sih, abis itu turun terus. Namanya ini mah turun gunung. Ternyata naik gunungnya udah tadi malem naik ojek.

Welcome to BROMO

Pemandangan yang belum pernah diliat sebelumnya. Gunung yang dikelilingi pasir !!. Tentunya foto-foto. Itu mah mainstream kalo itu doang. MG juga bikin videoklip lagu anime 'Kings' dari anime K. Akibatnya, baterai si handy langsung low. Untung udah banyak foto di Sahara Indonesia itu. 

MG bertarung melawan alam.

Tentunya fotonya gak bisa di-post semua di sini. Contoh foto lainnya, tulisan Mad Geodet yang jadi foto header blog ini. Tapi banyak banget hasil jepretan si handy, sebelum dibuat videoclip MG. Pas balik ke penginapan, para petualang harus mendaki jalan yang cukup jauh sambil nempel stiker di tiang tiang. MG berangkat duluan sambil nempelin stiker setelah sebelumnya mengambil pasir Bromo yang super halus ke dalam botol. Sedangkan MG Taufik, panen bunga Edelweis.


MG bersama stiker di tiang dan pasir di botol

Setelah itu, ke Probolinggonya naik ojek lagi, dengan ongkos yang lebih murah dan motor yang cuma 1. Bayangkan duo MG yang bawaannya banyak + 3 orang berada di satu motor buat turun gunung. EPIC. Bukannya takut, MG tutup mata selama perjalanan. Dari Probolinggo ke Stasiun Gubeng, Surabaya naik bus 2 kali. Yah, gak ada yang spesial selama perjalanan, selain nempel stiker di bus + perjalanan yang panjang sambil takut - takut ketinggalan kereta.

Kalau datang kecepatan tuh, rasanya gak enak, karena harus nunggu lagi. Kalo ketinggalan kereta, tau sendiri, harus nunggu kereta selanjutnya berjam-jam kemudian. Beruntung banget. dateng ke Stasiun Gubeng ON TIME. Gak nyampe 10 menit, kereta dari Surabaya ke Yogyakarta udah dateng aja. Padahal cuma bentar, MG Taufik, udah ngilang. Sebelum nempel kereta, foto foto stasiun tanpa ada MG Taufik.

Kereta Sancaka sore, tiba di Stasiun Gubeng.

Pas masuk kereta, eh MG Taufik udah di dalem. -_- Perjalanan selanjutnya ke YOGYAKARTA.

Jumat, 24 Mei 2013

Daendels Operation (part 2)

Gerbong 5 Kereta Mutiara Selatan yang ramai menjadi tempat duduk duo petualang gila Mad Geodet dalam Daendels Operation dalam perjalanan dari Bandung ke Surabaya. Karena merasa gak nyaman MG jalan-jalan ke gerbong sebelah, gerbong 4 dan ternyata gerbong tersebut sepi penumpang. Spontan, duo MG ini langsung pindah ke gerbong 4. Karena kereta berangkat sore, malam pas di jalan, cuma satu hal yang dilakukan MG di dalam kereta -> TIDUR. Sedangkan MG Taufik baca komik One Piece 62 - 67 yang sengaja dibawa buat DO. Karena MG tidur, MG sama sekali gak ngeliat MG Taufik tidur.

 MG Taufik lagi baca komik One Piece 62

Pukul 8 pagi, sampailah para MG di kota Tanjung Perak, Surabaya. Oia, gak lupa juga di kereta dan di stasiun Gubeng tempat berhentinya kereta, ditempel stiker.

Keluar dari Stasiun di kota tanpa kerabat maupun kenalan ini, para petualang gila ini memutuskan ke Tugu Pahlawan dengan berjalan kaki. Ya sekalian, ngeliat isi kota padahal takut nyasar kalo naik angkot plus buang uang. Dengan bawaan berat, akhirnya pukul 10 para petualang gila ini sampai di tugu Pahlawan. Lah, pas lagi jalan nemu BM BPN. Langsunglah ditempel di stiker secara berhubungan erat dengan geodesi, prodi yang digeluti kedua MG ini. Bagi yang gak tau apa itu BPN, bisa diliat di sini.


Di Tugu Pahlawan, sambil foto-foto, para petualang ini memutuskan istirahat setelah perjalanan panjang sambil makan siang. Ya di tugu pahlawan ini gak cuma ada tugu sama patung pahlawan, tapi ada juga meriam walaupun udah gak aktif sih.

MG Taufik siap mati

Setelah dari Tugu Pahlawan, MG bergerak menuju makam sunan ampel, tapi gak pake jalan pake becak. Ya walaupun gak mahal, setidaknya gak capek dan gak nyasar. Ya naek becak di kota besar itu serasa naik kereta di Istana Boneka.


 Pemandangan dari dalam becak

Di makam sunan ampel, cuma liat-liat. Banyak yang jualan oleh-oleh, tapi gak beli sedikitpun. Ya kalo mau masuk kawasan ini harus berpakaian religi, harus menutup aurat. Tapi itu gak masalah buat cowok. Di dekat makam, ada gentong yang isinya air. Orang - orang antri buat minum di air itu. Kekuatan mistis kah? Kecil kemungkinan mereka kehausan. Walaupun Surabaya panas, kompleks Sunan Ampel ini sejuk, banyak pohon.

MG memotret orang minum saat istirahat di bawah pohon.

Dari tempat ini, para Mad Geodet menuju Jembatan Suramadu, dengan menempelkan stiker di jembatannya. Lagi, MG pergi dengan becak. Namun kali ini mahal. Tarifnya seakan bertambah tiap meternya. Beda sama becak sebelumnya yang sambil liat pemandangan kota. Karena jembatan suramadu di pinggir kota, yang keliatan dari becak cuma jalan lebar yang dilewati sedikit kendaraan. Oia, banyak iklan Badut Sulap juga. Karena kesal, MG menempelkan stiker di tempat duduk becak ini.


 Mad Geodet memotret Becak yang telah ditempel stiker

Sampailah di Jembatan Suramadu. Ternyata Jembatan Suramadu tuh jalan tol dan gak sepanjang yang diperkirakan. Soalnya dari Surabaya, pulau Madura udah keliatan. Jauh banget sama selat Sunda. Ya iyalah. Alhasil, tidak jadi ke atas jembatan, Mad Geodet menempel stiker di tiang dan berfoto di pinggir jembatan.



Foto MG Taufik bersama jembatan

Selesai dari jembatan, bingung gimana ke kotanya. Awalnya mau numpang mobil polisi yang bawa polisi buat ngegusur kios-kios di Suramadu. Lah itu terlalu epic. Untung aja ada angkot sebiji yang lewat di tempat sepi itu. Langsung naik, gak peduli jurusan mana. Setelah naik angkot ini, terus naik angkot lain, terus naik bis kota. Itu kata supir angkotnya kalo mau terminal Bungurasih. Ya tujuan Mad Geodet selanjutnya ke Terminal Bungurasih / Purabaya. Gak lupa, di setiap kendaraan yang dinaiki ditempeli stiker.




Hiruk Pikuk Terminal Bungurasih, Surabaya.

Buat apa ke Terminal Bungurasih? Tentunya buat ke tujuan berikutnya GUNUNG BROMO

Kamis, 23 Mei 2013

Daendels Operation (part 1)


Singkat aja, apa itu Daendels Operation atau DO? DO itu jalan-jalan keliling Jawa sambil nempelin stiker pada bulan Mei. Gaje banget ya, ngapain nempelin stiker? Buat nunjukin (pada dunia) kalo ada para petualang gila yang udah ngunjungi setiap tempat di Pulau Jawa (walau gak semuanya). Ini contoh stikernya.


Karena ini blog Mad Geodet, tentu aja pelaksana Daendels Operation ini ya Mad Geodet atau MG. Apa itu MG? Bisa dilihat di sini
MG sendiri adalah mahasiswa ITB Bandung yang akan menjalani UAS pada bulan Mei. Pada bulan Aprilnya, MG sengaja tidak sengaja mengabaikan belajar buat UAS demi keberjalanan Daendels Operation. MG yang ikut serta dalam DO ini cuma 2 bernama asli Satrio Muhammad Alif dan Muhammad Taufik. Rute Perjalanannya secara umum Bandung – Surabaya – Bromo – Surabaya – Yogyakarta – Pangandaran – Jakarta – Bandung. Walau sebenarnya banyak tempat lain yang terselip di antara rute tersebut.
DO dimulai tanggal 14 Mei 2013.  Stiker sendiri dibuatnya tanggal 11 Mei. Tiket kereta dibeli tanggal 12 Mei. Itu yang dibeli semua tiket yang dipake buat DO. Padahal udah beli jauh-jauh hari, tiket ekonomi udah pada abis, ‘terpaksa’ beli yang bisnis. INI GILA. Padahal tanggal 13 Mei nya ujian pelajaran 4 SKS yang A nya 90, hari sebelumnya malah pergi jauh-jauh ke Stasiun buat beli tiket. -_-

Biasalah ITB setiap 5 tahun sekali, ngadain perubahan kurikulum. Tahun 2013, ITB ngubah lagi. Ya, sebelum melaksanakan Daendels Operation, iseng-isenglah Mad Geodet ini ngehadiri Sosialisasi Kurikulum pas siangnya di Kampus. Nah, takut ketinggalan kereta, ke kampusnya udah bawa barang-barang buat DO, jadi EPIC banget lah dilihat orang-orang. Apalagi MG Taufik yang bawa tas segede badannya. Abis dari kampus langsung ke Stasiun Kiaracondong, Bandung buat ke Surabaya.

 Ini di Stasiun Kiaracondong, Bandung. Lagi nunggu kereta.

Percaya atau nggak, ini stiker ditempel di tembok di stasiun.

Sekedar informasi, kedua MG ini sama sekali belum pernah naik kereta. Jadi awam banget soal kereta. Pas hari minggu tuh, pas beli tiket jauh-jauh ke stasiun, tapi malah belinya di Indomaret deket stasiun karena antrian panjang di stasiun. Ngapain jauh-jauh ke stasiun kalo belinya di Indomaret juga, kenapa gak di Indomaret deket kampus. Pas hari keberangkatan juga, MG Taufik takut dapet antrian panjang pas penukaran tiket, jadi datang J-2 sebelum kereta berangkat. Ternyata kalo nuker tiket doang gak lebih lama dari buang air kecil di wc umum. Btw dalam DO minjem handy cam dari seorang sahabat tetangga kosan. Jadi sambil nunggu kereta datang, testing dulu sama si handy.

Kereta Mutiara Selatan Bandung – Surabaya pun berangkat pukul 17.00. Yah, namanya juga baru pertama kali naik kereta, jadi wajar lah agak katrok. Oia, di stasiun tadi MG juga nempel stiker. EPIC moment langsung muncul gak lama setelah kereta berangkat. Pegawai kereta jualan Es Campur. Ya namanya perjalanan awal. Langsung keluarin duit 50 ribu buat beli es campur 1. Eh, dianya bilang “ada 2 ribu aja gak dek?”. Nah langsung MG Taufik jadi mau beli juga denger 2 ribu. Jadilah beli 2 es campur. Nah herannya kenapa kembalian Cuma 26 ribu. Eh kata dia harga satunya 12 ribu. Dia nanya 2 ribu tadi supaya kembaliannya gampang. -_-

What is Mad Geodet?

Mad Geodet berarti Geodet Gila. Geodet sendiri berarti seorang ilmuwan atau teknisi yang terlibat dalam penyelidikan atau menerapkan penelitian di bidang geodesi (Google Translate). Mad Geodet mengambil referensi dari Mad Scientist 'Hououin Kyouma' dari Anime Steins;Gate yang bercerita tentang ilmuwan gila dan teori John Titor. Jika Mad Scientist = Hououin Kyouma, Mad Geodet = Akakamereon.