Jumat, 24 Mei 2013

Daendels Operation (part 2)

Gerbong 5 Kereta Mutiara Selatan yang ramai menjadi tempat duduk duo petualang gila Mad Geodet dalam Daendels Operation dalam perjalanan dari Bandung ke Surabaya. Karena merasa gak nyaman MG jalan-jalan ke gerbong sebelah, gerbong 4 dan ternyata gerbong tersebut sepi penumpang. Spontan, duo MG ini langsung pindah ke gerbong 4. Karena kereta berangkat sore, malam pas di jalan, cuma satu hal yang dilakukan MG di dalam kereta -> TIDUR. Sedangkan MG Taufik baca komik One Piece 62 - 67 yang sengaja dibawa buat DO. Karena MG tidur, MG sama sekali gak ngeliat MG Taufik tidur.

 MG Taufik lagi baca komik One Piece 62

Pukul 8 pagi, sampailah para MG di kota Tanjung Perak, Surabaya. Oia, gak lupa juga di kereta dan di stasiun Gubeng tempat berhentinya kereta, ditempel stiker.

Keluar dari Stasiun di kota tanpa kerabat maupun kenalan ini, para petualang gila ini memutuskan ke Tugu Pahlawan dengan berjalan kaki. Ya sekalian, ngeliat isi kota padahal takut nyasar kalo naik angkot plus buang uang. Dengan bawaan berat, akhirnya pukul 10 para petualang gila ini sampai di tugu Pahlawan. Lah, pas lagi jalan nemu BM BPN. Langsunglah ditempel di stiker secara berhubungan erat dengan geodesi, prodi yang digeluti kedua MG ini. Bagi yang gak tau apa itu BPN, bisa diliat di sini.


Di Tugu Pahlawan, sambil foto-foto, para petualang ini memutuskan istirahat setelah perjalanan panjang sambil makan siang. Ya di tugu pahlawan ini gak cuma ada tugu sama patung pahlawan, tapi ada juga meriam walaupun udah gak aktif sih.

MG Taufik siap mati

Setelah dari Tugu Pahlawan, MG bergerak menuju makam sunan ampel, tapi gak pake jalan pake becak. Ya walaupun gak mahal, setidaknya gak capek dan gak nyasar. Ya naek becak di kota besar itu serasa naik kereta di Istana Boneka.


 Pemandangan dari dalam becak

Di makam sunan ampel, cuma liat-liat. Banyak yang jualan oleh-oleh, tapi gak beli sedikitpun. Ya kalo mau masuk kawasan ini harus berpakaian religi, harus menutup aurat. Tapi itu gak masalah buat cowok. Di dekat makam, ada gentong yang isinya air. Orang - orang antri buat minum di air itu. Kekuatan mistis kah? Kecil kemungkinan mereka kehausan. Walaupun Surabaya panas, kompleks Sunan Ampel ini sejuk, banyak pohon.

MG memotret orang minum saat istirahat di bawah pohon.

Dari tempat ini, para Mad Geodet menuju Jembatan Suramadu, dengan menempelkan stiker di jembatannya. Lagi, MG pergi dengan becak. Namun kali ini mahal. Tarifnya seakan bertambah tiap meternya. Beda sama becak sebelumnya yang sambil liat pemandangan kota. Karena jembatan suramadu di pinggir kota, yang keliatan dari becak cuma jalan lebar yang dilewati sedikit kendaraan. Oia, banyak iklan Badut Sulap juga. Karena kesal, MG menempelkan stiker di tempat duduk becak ini.


 Mad Geodet memotret Becak yang telah ditempel stiker

Sampailah di Jembatan Suramadu. Ternyata Jembatan Suramadu tuh jalan tol dan gak sepanjang yang diperkirakan. Soalnya dari Surabaya, pulau Madura udah keliatan. Jauh banget sama selat Sunda. Ya iyalah. Alhasil, tidak jadi ke atas jembatan, Mad Geodet menempel stiker di tiang dan berfoto di pinggir jembatan.



Foto MG Taufik bersama jembatan

Selesai dari jembatan, bingung gimana ke kotanya. Awalnya mau numpang mobil polisi yang bawa polisi buat ngegusur kios-kios di Suramadu. Lah itu terlalu epic. Untung aja ada angkot sebiji yang lewat di tempat sepi itu. Langsung naik, gak peduli jurusan mana. Setelah naik angkot ini, terus naik angkot lain, terus naik bis kota. Itu kata supir angkotnya kalo mau terminal Bungurasih. Ya tujuan Mad Geodet selanjutnya ke Terminal Bungurasih / Purabaya. Gak lupa, di setiap kendaraan yang dinaiki ditempeli stiker.




Hiruk Pikuk Terminal Bungurasih, Surabaya.

Buat apa ke Terminal Bungurasih? Tentunya buat ke tujuan berikutnya GUNUNG BROMO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar